Wednesday, April 05, 2006

My Kampoong

Sumatra Barat nan Cantik : Pasaman dan Sekitarnya
Ditulis oleh Irwin Ismail
29 April 2005
www.cimbuak.net

Tanah Pasaman
Jika dari danau Maninjau ini perjalanan anda teruskan, akan anda temui PLTA di ‘ujung’ Maninjau ini. Lihatlah betapa jernihnya sungai kecil yang keluar dari danau ini!. Sepanjang kali ini, penduduk memanfaatkannya untuk memelihara ikan didalam keramba2. Makin lama makin kecil jugalah kali ini, dan semakin sedikit keramba yang terlihat.
Lubuk Basung – Mangopoh – Kinali – Simpang Empat - Talu
Sub judul diatas adalah jalur utama dari Pasaman Barat. Sepengetahuan kami tidak ada objek wisata menarik dari daerah ini. Jalanan yang lurus akan membawa anda memasuki Lubuk Basung (0o 19.200’ – 100o 00.736’ – Alt 22), 24 Km dari danau Maninjau. Hanya 12 Km lagi anda akan memasuki Mangopoh (0o 19.679’ – 99o 57.902’ – Alt 19), kota persimpangan dimana jika anda terus anda akan menuju Tiku, atau jika belok kanan, anda akan menuju Kinali (0o 03.648’ – 99o 54.957’).
Pemandangan disini di dominasi oleh kelapa sawit. Perjalanan terasa agak membosankan karena lurus, tapi hati2 setelah memasuki Kinali, 57 Km dari Mangopoh, karena ada beberapa bagian jalan yang berlobang dan bergelombang.
Sumbar memiliki dua titik dimana equator melintas. Salah satu Equator melintas di Kinali (0o 00.036’ – 99o 50.114’), dan akan anda temukan disebelah kanan jalan kalau anda cukup awas. Karena letaknya yang agak terpencil, maka situs ini mudah terlewati tanpa diketahui.
Hanya berjarak 10 Km dari Kinali, anda akan memasuki Simpang Empat, dimana kami menemui satu2nya pompa bensin (0o 05.020’ – 99o 49.387’) yang ada mulai dari perjalanan dari Bukit tinggi. Di seberang pompa bensin ini ada sebuah rumah makan yang lumayan enak rasanya.
Belok kanan di Simpang Empat, dan anda sekarang menuju Talu. Jalanan kembali berkelok2, sehingga rasa bosan mulai hilang. Makin dekat ke Talu, keadaan semakin menyenangkan, kalau bisa dikatakan demikian.
Tidak jauh dari Simpang Empat ini, terdapat juga ikan Larangan. Keunikan ikan larangan ini adalah lokasinya yang berada disungai yang cukup besar, akan tetapi ikan larangan in berada hanya di lokasi itu saja.
Penduduk setempat tidak ada yang berani mengambil atau memakan ikan larangan ini selama si ikan berada di wilayah tertentu, tapi jika si ikan sudah melewati batas ‘wilayah’ tersebut, maka ikan ini pun boleh di santap. Lemparkanlah seikat sayur kangkung ke sungai, dan nikmati pemandangan yang langka. Tiba2 saja sungai menjadi hitam karena ikan2 ini berebutan makan! Ukurannya pun tak kalah besar dari ikan sakti / larangan yang terdapat di Baso, Sungai Janiah. Sayangnya baterai GPS saat itu sudah habis dan kami lupa membawa cadangan, sehingga lokasi ini tidak bisa tercatat. Lebih sedih lagi, negatif film kami pun ternyata tidak merekam gambar apa2…
Jarak 28 Km dari Simpang Empat ke Talu (0o 13.526’ – 99o 58.693’ – Alt 500) hendaknya di nikmati, karena banyak terdapat rumah2 bagonjong tua namun terawat di pinggir jalan. Perhatikan juga rumput2 di halaman rumah2 itu. Kami merasa tiba disana sekitar 18:00 padahal hari sudah menunjukkan pukul 18:30. Masih terang!. Mandi sore disini terasa amat menyegarkan badan setelah perjalanan panjang dari Bukit Tinggi, dan kami menginap semalam di Talu ini.
Tidak banyak yang bisa di ceritakan di Talu, kecuali pagi harinya. Jam 4:30 mata sudah tidak bisa tidur lagi walaupun dipaksa-paksakan. Tengoklah keluar!. Saat itu, jarak pandang hanya max 10 meter saja. Kabut! Karena inilah Talu juga disebut dengan kota Kabut. Jam 5 pagi, kami sudah keluar rumah menikmati udara pagi yang mengingatkan kondisi puncak belasan tahun yang lalu. Suasana masih sepi.. tapi dengarkanlah baik2.. sayup2 terdengar suara Siamang dari rimba di sekeliling Talu.
Satu hal yang patut dicatat disini, adalah keberadaan Inyiak – sebutan disana bagi harimau – yang masih sering terlihat sorotan matanya di malam hari dari sawah di belakang rumah! Dari cerita2 memang dapat disimpulkan sekitaran Talu sampai rimbo Panti merupakan habitat bagi harimau Sumatera yang besar. Sangat jarang terdengar - kalau tidak bisa dikatakan tidak ada – berita bahwa seseorang di terkam harimau. Hal ini bisa berlangsung sampai sekarang karena masing2 pihak tidak merasa perlu untuk mengganggu pihak yang lainnya, dan hal ini sudah berjalan ratusan tahun lamanya!. Mungkin pesan yang didapat dari sini adalah selama predator terbuas dunia tidak merusak lingkungan hidup yang alami, maka hidup yang harmonis akan berjalan dengan sendirinya…
Rimbo Panti
Jalan ke rimbo Panti dari Talu amatlah mengesankan. Kecil, berkelok2 dan berada dibawah pepohonan rindang. Bahkan ada beberapa lokasi dimana matahari tidak bisa terlihat disiang hari. Kali kecil akan ditemui di sana sini, dan semuanya sama: jernih dan bening. Untuk dapat menikmati keheningan yang jarang bisa di temukan di kota2 besar, kami berhenti di suatu tempat dimana mobil bisa di pinggirkan. Menikmati suara gemericik air mengalir dan membasuh muka di kali kecil itu … segar betul rasanya!. .
Pertigaan jalan antara Panti – Lb Sikaping – Kota Nopan akan anda temui di 0o 21.715’ – 100o 03.440’ – Alt 310. Tidak jauh dari pertigaan ke arah Lb Sikaping, akan anda temui lokasi wisata air panas yang pada saat itu cukup ramai di kunjungi. Kami tidak berhenti disana, tetapi menurut cerita yang kami dengar, anda bisa memasak telur sampai matang di lokasi ini.
Lubuk Sikaping – Bonjol – Bukit Tinggi
Tidak banyak yang dapat di catat disini, kecuali sekarang kita telah kembali ke jalur tengah Lintas Sumatera. Jalanan telah kembali ramai, dan beberapa restoranpun telah tampak kembali.
Di Lubuk Sikaping (0o 09.232 – 100o 09.807’ – Alt 443), ada rumah makan yang terlihat cukup banyak dikunjungi orang dan kamipun makan siang disini. Sejauh ini, jalanan dari Panti kebanyakan lurus saja, sehingga agak membosankan. Lumayanlah, setelah perjalanan 73 Km dari Talu, sekedar meluruskan kaki dan minum kopi untuk menghilangkan rasa kantuk.
Memasuki Bonjol, akan anda temui restoran padang di sebelah kiri jalan. Yang unik disini adalah dibelakang resto tersebut mengalirlah sebuah sungai yang cukup lebar dan deras, dimana diberi batasan untuk bagian pria dan wanitanya yang ingin bermain2 air di sungai itu.
Equator lain di Sumbar (0o 00.036’ – 100o 13.222’) akan anda temui di Bonjol dan di belakangnya terdapat musium Imam Bonjol. Hanya ada seorang tamu yang kami temui disana, seorang bule dengan motor besarnya. Dia sedang dalam perjalanan mengelilingi Sumatera hanya bermodalkan peta biasa!.
Dari 2 Equator yang kami lalui, kami mencatat perbedaan hanya 0.036’ !. Menggelitik untuk mengetahui, bagaimana ‘mereka’ dahulu menentukan bahwa ‘inilah titik Equator itu!’ Peralatan apakah yang ‘mereka’ pakai??
Yang patut dicatat disini hanya jalanan dari Lb Sikaping – Bonjol – Bukit Tinggi merupakan tantangan tersendiri bagi pengemudi. Kelokan serasa tak henti2nya, sementara kendaraan dari depan kerap tidak kelihatan karena terhalang tebing atau pepohonan. Bunyikan klakson sebelum masuk tikungan!, mungkin ini saran yang bisa kami sampaikan. Jarak 108 km melalui jalanan mulus dari Talu sampai kembali ke Bukit Tinggi bisa anda capai dalam 3,5 – 4 jam.
Jika anda perhatikan dari awal, maka sebetulnya anda nyaris telah mengelilingi Sumbar, dan itulah yang telah kami lakukan diakhir Desember 2003 lalu. Catatan terakhir: kondisi jalan sepanjang yang kami lalui mulus semua - bahkan nyaris tanpa lobang! - kecuali sedikit di daerah Kinali dan jalan ‘kelas 2’ di antara Padang – Painan. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi anda yang ingin mencobanya.Tulisan Terkait :- Sumatera Barat nan Cantik : Padang dan sekitarnya- Sumatera Barat nan Cantik : Solok dan Sekitarnya- Sumatera Barat nan Cantik : Batu Sangkar dan Sekitarnya- Sumatera Barat nan Cantik : Bukit Tinggi dan Sekitarnya Irwin Ismail :Orang Tua Berasal dari Pasaman. sekarang tinggal di Jakarta. Istri berasal dari Alahan Panjang, Solok dan dikaruniai 2 orang anak laki2. kelas 1 SMP, dan kelas 1 SD. Bekerja di salah satu sekolah internasional di Jakarta