Saturday, December 10, 2016

Timnas Indonesia, Ayo Juara Piala AFF

Juara Piala AFF dengan Timnas Indonesia ibarat dua insan yang ditakdirkan tidak pernah bersama. Empat kali sudah timnas Indonesia menjejak laga final Piala AFF dan empat kali pula Timnas Garuda harus pulang dengan status Runner Up. Di semua kesempatan itu, gelar Juara Piala AFF itu sudah sangat dekat di depan mata. Namun selalu saja gagal membawanya pulang.

    Tahun ini sedikit berbeda. Setelah masa-masa kelam sepakbola Indonesia yang mendapatkan sanksi FIFA, Timnas Indonesia kembali berlaga di ajang Piala AFF dengan segala kekurangan. Para pemain tidak mengikuti kompetisi yang rutin. Namun itu pula yang menjadi tantangan bagi pelatih Alfred Riedl dalam menentukan nama-nama yang masuk daftar pemainnya.

   Masalah tidak hanya sampai di sana. Adanya keharusan hanya bisa membawa 2 nama dari satu klub, membuat Riedl tidak leluasa memanggil nama-nama pemain. Beberapa nama yang dipanggil bahkan tidak mendapatkan izin klub untuk membela timnas.

   Keikutsertaan Indonesia di Piala AFF tahun 2016 awalnya bisa dibilang hanya semacam pemanasan setelah lama terkena sanksi FIFA. Benar saja, di pertandingan pertama, Indonesia sudah keok 2-4 dari Thailand. Dua kesalahan yang seharusnya bisa dihindari menjadi awal bobolnya gawang Indonesia di babak pertama.

  Asa para pendukung Timnas sempat naik ketika Indonesia mampu menyamakan kedudukan menjadi 2-2. Sebuah pencapaian yang di luar dugaan karena semua tahu, Thailand baru saja bisa mengimbangi Australia di Pra Piala Dunia Zona Asia. Sayangnya, konsentrasi pemain buyar dan Indonesia kembali kebobolan dua gol lagi dan skor akhir menjadi 2-4. Sebuah awal yang berat.

  Di pertandingan berikutnya, Indonesia bertemu tuan rumah Filipina. Negara yang dulu tidak pernah dianggap sebagai kekuatan sepakbola, bahkan pernah dihajar oleh timnas Indonesia dengan skor 13-0, saat ini sudah menjadi sebuah tim yang berbeda. Mereka sanggup menahan imbang Indonesia. Langkah Indonesia semakin berat mengingat di pertandingan terakhir sudah menanti Singapura, salah satu kekuatan sepakbola Asia Tenggara. Di laga terakhir itu, Thailand sudah tak terkejar di puncak klasemen dengan poin 6 hasil dua kemenangan atas Indonesia dan Singapura. Sementara Singapura, Indonesia dan Filipina sama-sama memiliki poin 1. Filipina terbilang lebih memiliki peluang besar mengingat lawan mereka adalah Thailand yang sudah tidak memiliki beban apa-apa. Jika hasil imbang pun, tetap Filipina yang akan menjadi Runner Up.

  Namun ternyata Thailand tetap bermain sportif dan meraih kemenangan atas Filipina. Pada saat yang sama, Indonesia di luar dugaan bisa menang atas Singapura. Dan benar, Indonesia lolos ke babak semi final di detik-detik terakhir. Sebuah kemenangan di pertandingan terakhir grup yang sangat menentukan langkah Indonesia berikutnya.
   Indonesia kemudian melanjutkan kisah apiknya dengan kemenangan di leg pertama babak semi final yang berlangsung di Stadion Pakansari, Bogor. Disaksikan Presiden Joko Widodo, Timnas Indonesia menang 2-1. Kemenangan yang diraih dengan susah payah mengingat Vietnam sempat menyamakan kedudukan menjadi 1-1.

  Meski sudah mengantongi kemenangan 2-1, posisi Indonesia sebenarnya belum aman. Vietnam yang memiliki tabungan 1 gol di kandang Indonesia, cukup meraih kemenangan 1-0 untuk bisa lolos. Vietnam juga bisa memaksakan hasil 2-1 untuk perpanjangan waktu yang bisa berlanjut ke babak adu penalti. Bagi Indonesia? Cukup hasil seri.

   Alasan terakhir yang sepertinya menjadi alasan paling sesuai dengan penampilan Timnas Indonesia di leg kedua. Solidnya lini pertahanan dengan bek Hansamu Yama dan Manahati Lestusen saat leg pertama kembali membuat mereka dipasang.

  Pertandingan leg kedua VIetnam melawan Indonesia bagaikan menyaksikan pertandingan klub besar dengan klub semenjana. Bayangkan saja, persentase penguasaan bola berbanding jauh, 27 banding 73. Pertandingan yang tak seimbang.

   Pemain-pemain Vietnam mungkin menjadi orang paling menyesal malam itu ketika semua upaya mereka menggempur pertahanan Indonesia berakhir dengan kegagalan. Saat sebuah upaya serangan Vietnam membentur tiang gawang, seolah menjadi pertanda jika ada hasil yang akan mengecewakan buat mereka.

  Babak kedua dimulai. Kecerdasan luar biasa dari seorang sosok Boaz Solossa mampu mengelabui kiper dan bek Vietnam. Bola yang dicongkel melewati kepala kiper, diterima dengan buruk oleh bek dan berbalik dan akhirnya disambar oleh Stefano Lilipaly. Indonesia unggul 1-0. Sampai momen ini, artinya Vietnam harus mencetak dua gol untuk memaksakan babak tambahan.

  Harapan Vietnam seperti akan terbenam ketika kiper mereka mendapatkan kartu merah. Anehnya, tidak ada penalti bagi Indonesia. Saat bek Vietnam berganti baju menjadi kiper, yang ada di benak penonton adalah Vietnam tamat sudah. Indonesia tinggal menunggu waktu untuk menambah gol.

  Namun ternyata ceritanya berbeda. Vietnam yang hanya bermain dengan 10 orang, justru mampu mencetak dua gol sesuai keinginan mereka. Beruntung, di babak tambahan, Indonesia mampu mencetak satu gol lewat titik penalti. Dan akhirnya Indonesia memastikan diri lolos ke babak final. Final kelima bagi Indonesia dalam sejarah keikutsertaan di Piala AFF.

  Kini saatnya menantikan partai final. Berbeda dengan turnamen besar lainnya, Piala AFF menganut sistem final dua kali, masing-masing di negara finalis. Indonesia beberapa kali mampu menang di final leg pertama namun kalah dengan selisih gol besar di leg kedua.

  Kisah Indonesia melawan Thailand kali ini, mirip dengan kisah sukses Malaysia meraih Piala AFF beberapa tahun lalu. Saat itu, Malaysia juga kalah di pertandingan pertama melawan Indonesia yang kemudian mereka kalahkan di babak final. Indonesia juga kalah dari Thailand dan berharap bisa membalas kekalahan itu di babak final.

  Kekuatan Thailand tidak diragukan lagi. Saat ini Thailand menjadi satu-satunya wakil Asia Tenggara yang masih bertahan di kualifikasi Piala Dunia. Thailand juga berambisi menjadi negara Asia Tenggara pertama yang lolos ke Piala Dunia. Sebuah mimpi yang sejak dulu sudah dirasakan Timnas Indonesia.

  Kencan kelima antara Piala AFF dengan Timnas Indonesia seharusnya sudah bisa dimanfaatkan untuk meluluhkan hati sang idaman. Pengalaman di empat partai final, ditambah pengalaman pelatih Alfred Riedl di persepakbolaan Asia Tenggara, sudah lebih dari cukup untuk membawa Timnas Indonesia tidak gagal lagi.

  Jika bisa meraih Juara Piala AFF tahun 2016 ini, tentu akan menjadi sebuah kado yang sangat indah bagi persepakbolaan tanah air yang baru bangun lagi dari tidurnya. Kemenangan juga akan menjadi perekat persatuan anak bangsa yang mulai pudar. Di dalam timnas kita bisa melihat kebhinnekaan. Timnas Indonesia, Ayo Raih Juara Piala AFF.

Pinang, Tangerang. 10/12/2016.