Panggilan Kampung
Memasuki tahun ke-3 di Jakarta
Sepertinya ada yang salah dengan kami
Semuanya berlangsung cepat
Dan seperti sebuah ujian tanpa pengumuman
Tiba-tiba terbersit sebuah kata, PULANG!
Ya, mungkin pulang adalah jalan keluar
Agar ujian usai, dan kami bisa masuk jam istirahat
Tapi pulang kemana... Gamang rasanya pulang hanya membawa badan
Maka satu-satunya doa saat ini adalah:
"Andai saja ada tawaran pekerjaan di kampung...."
Seorang teman memberi saran
Pulang saja dulu, baru cari kerja
Tapi bagi kami itu penuh resiko
Yang hanya menambah ujian
Dalam beberapa perbincangan di rumah
Kami seperti memperoleh kesimpulan
Bahwa kami tak diterima Jakarta
Bukan karena Jakarta yang kejam,
namun mungkin kami yang belum siap
Tiga tahun di Jakarta dengan tiga kali pindah kontrakan
Tiga kali anak opname di rumahsakit
Anak operasi dengan penolakan pembayaran oleh asuransi
Sudah cukup membuat kami benar-benar tersadar
Bahwa hidup di Jakarta memang keras
Bahwa hidup di Jakarta hanya menguras isi kantong
Sampai ke dasar-dasarnya
Sesekali aku masih bergumam
Mungkin besok akan lebih baik
Namun yang datang tetap ujian matematika dan statistik
Sepertinya menyerah adalah jawaban
Agar pemberi soal tak lagi direpotkan
Hari ini aku masih mencoba mengais berbagai informasi
Apakah sudah ada tanda panggilan ke kampung
Namun jawabannya sama saja, samar dan gelap
Lalu, apakah kami juga tak diizinkan pulang?
Atau, atau....
(Pinang, 12 11 08)
No comments:
Post a Comment